PENATALAKSANAAN PASIEN TENGGELAM DI PELAYANAN GAWAT DARURAT
Abstract
Tenggelam merupakan proses dimana seseorang mengalami gangguan pernafasan akibat perendaman dalam medium cair. Tenggelam berisiko menyebabkan kematian jika individu tersebut tidak diselamatkan atau tidak mampu mengatasi situasi tersebut. Faktor penyumbang terbanyak untuk morbiditas dan mortalitas akibat tenggelam adalah hipoksemia, asidosis serta efek multiorgan dari proses tersebut. Tatalaksana pasien tenggelam dilakukan dengan tim interprofessional yang meliputi dokter gawat darurat, ahli saraf, ahli anestesi, intensifivis, perawat dan layanan sistem gawatdarurat terpadu. Pasien tenggelam derajat 3 sampai 6 biasanya akan tiba dengan kebutuhan ventilasi mekanis. Positive end-expiratory pressure (PEEP) awal sebaiknya tingkat 5 cmH2O dan kemudian dititrasi dengan kenaikan 2 sampai 3 cmH2O jika diperlukan dan memungkinkan. Disfungsi jantung dengan curah jantung yang rendah dapat terjadi segera setelah kasus yang berat. Curah jantung yang rendah dikaitkan dengan tekanan oklusi kapiler paru yang tinggi (vasokonstriksi hipoksia), tekanan vena sentral yang tinggi, dan resistensi pembuluh darah paru yang dapat bertahan selama berhari-hari. Suhu inti dipertahankan pada rentang 32-34°C selama setidaknya 24 jam pasca henti jantung untuk meningkatkan hasil neurologis. Tidak ada cukup bukti untuk mendukung target tekanan parsial karbondioksida (PaCO2) atau saturasi oksigen tertentu, tetapi hipoksemia harus dihindari.
Copyright (c) 2023 Agustiawan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.